pic: my own
Sarah
namanya, setiap pagi, wanita itu datang ke kost, lalu menyapu dari lantai
paling atas (lantai 3) alias lantai kamarku dan balkon depan. Semua sisi rumah
kost ku ini disapu dan dipel. Exclude kamar-kamar kost an yah. Hehhee. Mbak
sarah termasuk baru di kost ini, meskipun aku baru juga (maret 2012an lah),
tapi pas aku awal masuk sih, mbak atik yang bersih-bersih kost an. Karena kata
ibu kost mbak atik kerjanya kurang bagus, jadilah dia dikirim ke kampong halamannya lagi di
karawang.
Mbak
sarah, biasa aku menyapanya. Punya dua orang putra dan putrid, yakni Udin dan
Putri. Yang sering ikut Mbak sarah saat bersih-bersih adalah si Putri,
disamping belum sekolah pasti wajar kalau anak cewek suka ikutan untuk
bersih-bersih (Alhamdulillah. Ehem ehem…).
Si udin sudah duduk di kelas 5 SD. Eniwei, untuk pekerjaan suaminya mba
Sarah, aku gak gitu ngeh ya. Yang kutahu, rumah mba Sarah, beda 2 rumah kekiri
dari kost ku. Dan yang ku tau lagi adalah, mba sarah masih merawat ibunya,
alias nenek dari si Udin dan Putri. Sapaan yang sering dilontarkan kala aku
lewat depan rumahnya dala, si nenek akan nanya, “mau berangkat kerja ya neng??”.
Hemmm, aku tersenyum masygul. Mau aku nyari makan, pergi jalan atau apapun,
selalu pertanyaannya itu. lalu aku pasti tersenyum dan menjawab, “iya nek, mau
pergi”
Mbak sarah
memang supel dan ramah. Saat bersih-bersih depan kamar, kebetulan pintu kamarku
terbuka, aku pasti keluar sekedar untuk menyapanya. Dan yang ada setelah itu,
pasti ngobrol. Dia suka cerita. Yaa, sedikit banyak aku jadi tau lingkungan
sekitar kost an. Yang memang benar, so egois, tapi disini, masih lumayanlah
yaa, sama tetangga masih saling kenal.hehehehe.
Terakhir ketemu
mbak Sarah adalah kemaren, saat aku akan berangkat ke kantor. Aku masih di
lantai 1, sedikit membenarkan jilbab, karena di lantai 1 ada cermin 3 yang besar-besar.
So, biar lebih afdhol kalo finishing, hahahaa. Nah, tumbenan nie si Udin dan putrid
lengkap ikut umminya ke kost. Langsung ambil sapu dan naek untuk mulai menyapu.
Mbak sarah hanya senyum, lalu sperti biasa juga “Eh, mbak Nopi, udah mau berangkat
mbak?”. Tetep dengan aksennya memangil namaku, “Mbak Nopi”. Kujawab aj, “iyaa
mbak”.
Muliailah
dia cerita. Ternyata si Udin jualan mercon sodara-soadara. Yaa, baru dua
mingguan ini sih katanya. Mbak sarah senengnya bukan main, saat anak pertamanya
itu ternyata diem-diem membantu menambah keunagan Negara perumahannya. Dia bangga
dengan anak lelakinya. Dari raut wajahnya, aku bisa tau kalau dia senang yang
bukan dibuat-buat. Senang yang tulus sebagai seorang itu saat menceritakan
kehebatan anaknya, kehebatan anaknya memulai berwirausaha kecil-kecil an. Dari situ,
aku sedikit berkaca-kaca. Karena sudah hampir jam 7, aku lantas meng cut cerita
mba Sarah, aku harus segera berangkat. Aku pamit dan menyungging senyum. sebenernya aku masih ingin berlama-lama denganmu. aku jadi teringat dan sangat merindukan sosok itu. ibu, yaa ibuku. What a
mother? Your so beautifull, so strong and brave.
Yaaa,
itulah ibu, yang selalu membuat kita kuat, selalu menghiasi hari-hari kita
dengan kasih sayang dan selalu berusaha memberikan apapun yang terbaik untuk
kita. Kalau dia tidak mampu, do’a yang akan selalu mengirinya. Sungguh, do;a
yang keluar dari ibu, memang sakti. Dia tidak akan medo’akan kita untuk hal-hal
yang jelek. Setiap yang keluar dari mulutnya adalah petuah yang sangat
berharga.
Kapan terakhir
kali engkau bercengkerama dengan ibumu guys? Sudahkah engkau meneleponnya hari
ini? Menanyakan kabar dan kesehatannya hari ini? Bagi yang merantau, cukup
mendengar suara ibu, pasti sudah lega dan ingin berlama-lama meneleponnya. Betulkah?
Bagi yang sekarang sedang bersama ibumu, sudahkah kau sapa dia pagi ini dengan
senyuman? Kau ringankan kerjaan rumahnya? Sudahkah kau doakan sebait do’a yang indah
untuk wanita yang mempunyai surge di telapak kakinya? Sudahkah kau membuatnya
tersenyum hari ini? Sudahkah kau buatkan the manis untuknya? Atau bahkan
sudahkah kau pijit punggung dan kakinya?
Guys, it’s
really your mother. Save and love her like she spend all of her time to washing
your body, clothes, to loving you and to safe you, everytime, everywhere, were
you a baby.
Mengutip sedikit
nasyid yang bagus, “your mother” by Yusuf Islam
Who
should I give my love to?
My respect and my honor to
Who should I pay good mind to?
After Allah
And Rasulullah
My respect and my honor to
Who should I pay good mind to?
After Allah
And Rasulullah
Comes your mother
Who next? Your mother
Who next? Your mother
And then your father
Who next? Your mother
Who next? Your mother
And then your father
Masih mau
memarahi ibumu? Masih masih engkau melukai hati wanita nomer satumu? Masih maukah
engkau membuatnya marah karena ulahmu? Masihkah engkau mau mencampakkan wanita
yang selama Sembilan bulan mengandungmu, membesarkanmu sampai saat ini dan yang
mengenalkanmu pada dunia?
Pergi,
temui ibumu, ucapkan bahwa kau sangat mencintainya. Jangan tunda dan jangan kau
urungkan. Itulah ibumu, wanita nomer satumu. Yang punya surge untukmu di
telapak kakinya.
Jakarta,
14 July 2012, 11.15 am, when I miss my mom so much, T.T
0 comments:
Post a Comment