Setapak perjalanan di Cilacap

|

5-7 July 2013

Sore itu selepas meeting, aku langsung menuju meja kerja dan memberesi semua barang yang masih tercecer di meja. Merapikan dan mengembalikan semuanya ke dalam loker. Kemudian menuju pantry untuk mengambil tas ransel yang sejak pagi aku tinggal disitu. Turun menuju lantai satu dan membayar sepaket French fries yang sudah dipesan saudaraku, si onta. Lantas diantar juga menuju halte busway Sunter Kelapa Gading. Sempat ragu awalnya, melihat banyaknya orang yang berdiri di halte, namun ternyata mereka bukan menuju arah Pluit. Syukur Alhamdulillah. Menunggu sejenak dan kemudian buspun datang, langsung menuju garda depan yang memang khusus untuk wanita. Beberapa titik cukup macet, ya harap maklum, that was Friday, the traffic day almost. Akhirnya jam 7 tepat aku berhasil sampai di Sataisun Jakarta Kota. Yak, kereta serayu yang aku tumpangi berangkat dari JAKK.

Liburan yang sebenarnya sudah aku rencanakan sejak dari jaman kuliah ini akhirnya terwujud sekarang. Yaa, aku punya janji untuk main ketempat teman dan adek kost saat dulu sama-sama ngekost di Solo. Dan akhirnya malam ini, aku tekadkan untuk berangkat. Dengan bekal tiket kereta api Serayu, Rp 120.000 PP (wuidih murah yaa?), aku memulai perjalananku.

Ditanya mengapa aku lebih suka bepergian naik kereta ekonomi, disamping harganya yang miring abis, ada factor lain sebenarnya yang lebih aku sukai. Yap, apalagi kalau bukan suasana kereta ekonomi yang kekeluargaan meski kadang cenderung berantakan dan seenak udelnya saja. Tapi, disini, aku jadi lebih tahu, betapa pentingnya transportasi ini bagi mereka yang ada di kalangan bawah. Mereka curhat dan bercerita tentang hidup, biaya hidup yang semakin mahal, dan problematika lainnya. Satu lagi, hanya di kereta ekonomi aku bisa menjumpai penjual makanan ataupun barang yang unik-unik yang kadang tidak terpikirkan untuk mereka jual disana. So creative right? Mereka menjual dan memakai apapun yang menjadi daya tarik mereka. Well, meskipun kursinya yang berdiri tegap 90 derajat dan jarak kaki yang sungguh tidak manusiawi (tidak bisa selonjoran bok kalau keretanya penuh), actually I really really enjoy it .

Jam 20.35 kereta yang aku tumpangi datang dan aku naik untuk memulai perjalanan. Dan bisa ditebak, jam tiba di karcis dengan kenyataan bisa jadi sangat berbanding terbalik. Di karcis terpampang nyata kalau jam tiba 04.55, tapi sampai di stasiun Gandrungmangu pukul 06.30 -__-“. Oke, aku tahu kalau kereta ekonomi memang sukanya ngalah kok, secara tiketnya murah, tapi untungnya sepanjang perjalanan aku bisa tertidur.

Dan saat keluar stasiun, Vita sudah menunggu di depan stasiun. How I miss you nak. Hampir setahun lebih kita tidak bertemu. Langsung mampir membeli mendoan yang menjadi khas nya Cilacap. Emang yahud deh dimakan anget-anget gini.


#day 1

setelah cukup istirahat, bersih-bersih badan dan sarapan tentunya, kita lantas bersiap untuk menuju destinasi utamaku menuju Cilacap, yaitu ke Pangandaran. Oke, memang tidak nyambung ya antara Cilacap dan Pangandaran, sudah berbeda provinsi tepatnya. Tapi, kalau dari rumah Vita, menuju Pangandaran cukup dengan waktu satu jam, so? Gak bakalan mau dong aku ketinggalan momen. Secara, sudah lama juga gak liat pantai (almost 1,5 year, ). Perjalanan ini kita tempuh dengan naik motor. Ada tambahan personil, srintil dan calonnya, ihiyyy. Makin semarak aja ini perjalanan.
Jalan yang melingkar-lingkar, tanjakan dan kelokan yang sangat horror memang. Bagi orang tidak terbiasa kesana, ini sangat menakutkan buatku. Aku mulai menggantikan Vita di depan setelah separuh perjalanan. Dan akhirnya, tarra, sampai juga di tempat.



Pantai ini sangat ramai pengunjung di hari libur, terutama weekend seperti ini. Untuk menuju spot yang lebih bagus, kita harus menyewa kapal menuju pantai pasir putihnya, tapi kalau hanya puas dengan pinggiran pantai pangandaran yang di atas saja juga tidak masalah, :D. akhirnya menyewa kapal, dengan harga Rp 10.000 satu orangnya. Di tengah perjalanan si mas nya menawarkan paket lain, mengelilingi pantai pangandaran sampai ke tengah dan nanti banana boat. Okee, tentu saja aku tergoda. Akhirnya disepakati seharga Rp 200.000 untuk satu kapal, jadi masing-masing kita cukup Rp 50.000.

Memang benar, tidak menyesal mengambil paket ini, pemandangan dan sensasi berada di tengah lautnya memang berbeda dan sangat menantang. Bener-bener harus mengumpulkan tekad kuat. Semakin ke tengah, ombak memang semakin besar, itulah tantangannya. Selain itu, kita diceritakan berbagai kisah seputar Pantai Pangandaran dan lain-lainnya. So nice guide.




Setelah selesai berkeliling, kita langsung dibawa ke tujuan awal, pantai pasir putihnya. Tapi sebelum itu, mas nya menawarkan untuk naik banana boat. Tentu saja mau, dan ternyata, beginilah banana boat yang dimaksud mas nya (pantas saja aku tidak melihat perangkat banana boatnya beneran, -__-“). Tapi jangan salah, beginipun tetap saja enak. Mau coba? Monggo.





Di pantai pasir putih ini, aku benar2 puas bermain seharian di pantainya. Sambil snorkeling yang bagusnya alamak, meski tanpa alat (sudah capek aku *alesan saja, bilang saja gak bisa nyelem, hehehe). Tapi, aku bisa liat ikan-ikannya dan karang-karangnya yang Subhanalloh. Nikmat Tuhan manakah yang ingin kau ingkari?

Setelah puas, kita dijemput mas nya kembali dan berganti pakaian dan pulang. Sebelumnya makan dulu seafood yang ada di sepanjang jalan pulang.

#Day2

Yeay, my second day has coming, mari menuju cilacap kota. Masih dengan motor. Kali ini jalannya lebih dahsyat, selain berkelok, tanjakan dan turunan, ditambah kondisi jalannya yang memang sudah rusak parah di sana sini. Jadi memang harus ekstra hati-hati. Akhirnya, aku sempatin untuk mampir ke rumah Uut, how I miss you my besties. Fyi, uut dulu rekanan saya kerja, tapi dia tidak melanjut kerja, ingin menjaga almarhum Bapaknya yang sudah tenang sekarang, aamiin. Sebuah keputusan yang tepat menurutku. Bangga sekali aku punya kawan macem dia, :D. meski sempat bingung mencari rumahnya yang mana, akhirnya ketemu juga. Mampir sebentar lalu nyulik Uut untuk gabung bersama rombongan menuju Nusa Kambangan.


Bila ingin menuju Nusa Kambangan, kita harus nyebrang dengan kapal dari Teluk Penyu. Biayanya? Sama aja, cukup Rp 10.000 per orangnya. Ombak disini lebih ngeri daripada di Pangandaran. Dan sepertinya memang saat pasang kesana. Ombaknya gak perhitungan oey. Main tinggi aja dan membasahi penghuni kapal. Kebetulan juga, malamnya hujan, jadi air pantainya laksana air hujan, cokelat kekuningan gitu. Sampai disana, bayar lagi sebesar Rp 4000 per orang untuk tiket masuknya. Mari melakukan pendakian, hallah. Tepatnya sih perjalanan menelusuri hutan belantara. Hutan yang masih asri. Udara yang benar-benar sejuk, sangat langka bila dibandingkan dengan udara Jakarta yang penuh dengan hasil emisi buangan gas. Well, mari kita jaga hutan-hutan yang langka ini kawan, biar anak cucu kita masih bisa merasakannya.

Akhirnya perjalanan yang melelahkan terbayar setelah melihat ini:


~pantainya bagus, sampahnya itu loh~






Wow, bener-bener masih asri ya, sayang banyak sampah di pantai ini. Andaikan lebih bersih, pasti lebih cantik .

Sebelum keluar dari indahnya surge di nusa kambangan, bagi yang lagi solat, kita solat-solat dulu. Kebetulan aku sedang libur, jadi yaa nunggu saja diluar musholla. Musholla sederhana yang dibangun, tapi bersih dan insyaAlloh nyaman untuk yang ingin melaksanakan solat disini. Ternyata yang jaga dan membersihkan musholla ini adalah sepasang kakak bearadik yang masih duduk di bangku SD. Kakaknya yang cewek, masih kelas 4 SD, dan adeknya masih kelas 1. Mereka dengan ramah melayani kita. Jadilah kita-kita mengobrol dengan adek-adek ini. Mulai dari sekolah dll. Meski harus menempuh jarak ke sekolah yang lumayan jauh, tetep semangat yaa adek-adek. Education is a must.

Akhirnya, setelah jam 2 kita lantas balik, mencari makan siang yaitu mie ayam (tetep aja nop, kemana-mana makan mie ayam gak pernah tertinggal, :D). plus batagor goreng. Okee, aku lapar sodara-sodara, :D.

Setelah melewati perjalanan panjang lagi untuk balik ke daerah asal saya datang (Gndrung, red), saya berangkat menuju stasiun diantar oleh Vita. Disini kereta agak terlambat 20 menit datangnya. Setelah cipika cipiki akhirnya aku diantar sampai ke dalam kereta oleh si Vita. Hemm, memang perpisahan itu menyakitkan ya. Sebel sekali aku. Tapi memang sewajarnya gitu. Saya harus melanjutkan hidup saya lagi di ibukota dan dia juga punya tugas untuk mencerdaskan anak-anak disana. Semangat ngajarnya yaa Vit, Srintil.


Sebenernya, bukan hanya sekedar menginjakkan kaki di tempat baru yang ingin aku torehkan. Memang benar jika sebagian travelling tujuannya untuk itu, menjamah dan menduduki tempat yang tidak pernah dilaluinya. Tapi bagi saya, travelling bukan hanya sebatas saya pernah kesana, saya pernah foto disana dan apa saja yang menarik disana. Ini lebih ke perjalanan spiritual saya untuk lebih mengenal dan menjelajah bumi Alloh yang Maha Luas. Yang sungguh indah, meskipun terdapat di tempat yang mungkin sulit untuk dijangkau. Mungkin saja apa yang saya lakukan hanyalah perjalanan biasa bagi sebagian orang, dan mungkin juga banyak yang beranggapan “ah lebay lu”. Tapi dari sisi saya, menjadi travelling itu tidak hanya sebatas itu. tidak hanya sebatas seberapa banyak destinasi yang sudah kita sambangi, akan tetapi lebih ke pengenalan dan pemahaman akan daerah tersebut. Dan juga, efek setelahnya yang membuat saya bisa merasa dan mengenal tiap-tiap daerah yang saya kunjungi tersebut.

Bagaimana menurut anda?

Jakarta, 10 July 2013, 21.00 PM

not allow to copy and paste all of content and photo without permission, :)


Being single traveler on Makassar Part 2

|

21 April 2013

Iam so sorry guys, it was very-very late posting on my second part of “Being Single traveler on Makassar” that I was posted before. Bertepatan dengan Hari Kartini ini, merupakan hari kedua juga bagiku untuk memulai petualangan lagi di Kota Makassar. Yeay, very excited I am. Dan hari ini mba binbon (masih inget kan mba binbon yang aku tumpangi bobo nya disini) sudah pulang dari acara  gatheringnya, jadi bisa menemani jalan-jalan ke tempat-tempat yang bersejarah di Makassar. 

Pagi-pagi mbak Enok udah mampir ke kamar, setelah sunmor an entah dimana aku juga gak tahu tepatnya, dia memberikan kunci motor dan stnk nya. Whaa, Alhamdulillah, jadi tidak perlu repot-repot menggunakan angkot atau taksi untuk menuju objek-objek yang akan dikunjungi. Dikarenakan mba enk mau pindahan, jadi dia menggunakan mobil aja, biar masuk semua barangnya. 

Setelah mandi dan berganti pakaian, kita mencari makanan dulu untuk mengisi perut yang sudah kosong sejak pagi. Yaa, masih seperti anak kost lainnya, makannya dirapel, sarapan dan makan siangnya, diambil tengah-tengah, :P. makannya adalah, coto Makassar yang terkenal itu.



ini aku mesen coto daging sajah~


ketupatnya~


Lanjut kita pergi ke laundryan dahulu untuk drop baju-baju kotornya mba bin. And then, tarra… we re ready to go to Gowa.
Kabupaten Gowa dapat ditempuh dengan waktu 35 menit, jalannannya tidak sepadat Jakarta, jadi yaa santai aja jalannya, gak ngebut banget dan gak slow banget. Dan inilah, istana Gowa Tamalate. Tempat tinggalnya raja-raja Gowa jaman dahulu kala. Mereka menyebutnya “Rumah Apung”. 



-halaman depan istana tamalate-

 
 -this call Rumah Apung-


-see so closeee-


-narsis dulu bolleee kalliii... :D-


Selain itu disini juga ada museum untuk menyimpan barang-barang khas Gowa dan pernak-pernik yang menyimpan sejarah Gowa jaman dahulu. Namanya Museum “Balla Lompoa”. Yess, I am museumholic. Paling betah jalan-jalan ke museum-museum seperti ini, banyak yang bisa dilihat dan dipelajari. Ini yang namanya tidak sekedar jalan-jalan, tapi juga belajar, :D.




-meja jamuan orang Gowa saat nikahan-







-baju bodo-


-peta jalur kekuasaan Raja Gowa-


Puas menjelajah kawasan wisata di daerah Gowa (sebenernya satu itu aja sih, di tengah kotanya pula, semacam alun-alun gitu), tapi daya tariknya sungguh luar biasa menurutku, dimana aku serasa masuk ke dalam mereka. *bukan lebay, tapi mungkin beginilah ekspresi orang yang menyukai museum, :D*. back to topic, kita lantas lanjut untuk mencari es pisang ijo. Duh mba bin, tahu bener kalau siang-siang gini enaknya memang minum dan makan yang seger-seger. Akhirnya kita masuk ke salah satu tempat makan yang menjual penganan khas Makassar. Dan aku juga hanya memesan es pisang ijo saja, gak mau terkontaminasi ama yang lain.



                                 yummy nya~

Selepas pulang ngisi perut dengan seporsi es pisang ijo, kita balik ke kost. Aku mau mandi dang anti baju (lagi). FYI yaa, pas aku ke Makassar, emang suhunya lagi panas banget, abnormal deh, baju baru dipake keluar dikit udah basah semua, jadi mending kalau ke Makassar, bawalah baju-baju yang memang bahannya adem, biar tetep nyaman selama jalan-jalannya. Missal katun atau spandek yang halus, kausnya juga yang putih aja, biar adem bila kena panas.

Menjelang agak sore (sekitar jam 2 an ), kita sudah siap-siap untuk menjelajah Makassar lagi. Dan biar rame mbak bin mengajak cowok dan temennya. Karena pada laper, jadilah mampir ke warung yang menjual Jalangkote (ini persis seperti lunpia semarang, istilah saja disini jadi jalangkote).





Enak sekali e, tapi aku tetep gak bisa makan banyak (ceille, diet nop? Enggak. Hanya mengurangi porsi makan, :P). setelah lanjut perjalanan menuju Fort Rotterdam. Dan beginilah suasananya yang ramai sekali di minggu sore:


-gak sempet moto yang rame, jadi ini aja yah :D-

Di kawasan fort Rotterdam ini, terdapat Museum La Galigo (museum? Again? Wohohoo, how happy I am). Yak, museum yang dibangun untuk mengenang perjuangan dan sejarah yang ada di kota Makassar ini:





Menjelang sore, pemandangan di atas benteng begitu menggoda untuk dinaiki, padahal sudah ada pengumuman dari pihak beteng untuk segera mengosongkan lokasi karena memang sudah tutup.tapi kita minta ijin untuk take picture sebentar saja di atas beteng




Pulang dari beteng, kita menuju lokasi Masjid Apung. Nama aslinya Masjid Amirul Mukminin, tapi orang-orang sini biasa menyebutnya dengan Masjid Apung karena memang letaknya yang diatas laut, jadinya terlihat mengapung. 




-bagus kan Masjidnya? hehehe-

Setelah menjalankan solat masghrib, lantas kita menuju kawasan Pantai Losari yang terkenal itu. Fyi yaa, ini memang selokasi dengan  pantai okasi, jadi meang berdekatan gitu. Cukup jalan kaki saja, hehehe




Berhubung sudah menginjak pukul 20.00 dan perut sudah minta diisi, jadinya kita pergi meninggalkan pemandangan ini, yaa, mari cari oleh-oleh sebelum meninggalkan Kota Makassar. Sehabis memborong oleh-oleh, kita menuju ke sebuah tempat makan seafood yang membuat ngiler. Enak-enak semua sepertinya. Dan akhirnya inilah yang akan kita santap rame-rame:





Menjelang pukul 22.00, kita sudah berada di kost an lagi. Yak, saatnya aku untuk mandi, solat lalu packing. Mba bin, pergi ke penjahit sebentar untuk mengambil kebaya yang akan dibawa di hari senin untuk peringatan kartinian.

Selesai packing, aku lantas menelpon untuk memesan taksi jam 1 malem menuju bandara. Yak, pesawat ane terbang jam 3 dari Makassar, jadi yaa mending sudah stay dulu di bandara, biar gak ketinggalan. Setelah itu sempat tidur dulu mpe sekitaran jam 12.15 am. Tetiba ada suara klakson. Ternyata taksinya sudah datang sebelum waktunya. Oke, aku lantas bersiap dan pamitan ke mba bin, .

Perjalanan menuju bandara ditempuh tidak lebih dari 30 menit (namanya juga pagi-pagi). Dan agak horror juga naik taksi sendirian jam segitu, tapi Bismillah aja lah ya, daripda naek selain taksi lebih horror lagi. Hohooo.

Sesampai di bandara, belum bisa check in dong, jadinya take some picture dulu lah ya daripada nganggur.






Setelah bisa check in, baru deh bisa masuk ke bandara dan langsung nyari musholla buat ibadah dan ibadah (baca: tidur). Tapi tetep tak bisa nyenyak tidurnya, takut ketinggalan pesawat bok, hehehe.



-berat sekali rasanya balik, masih pengen lama-lama di Makassar :((( -


Akhirnya waktu take off tiba, dan yak. Aku tertidur, mpe Jakarta gak berasa, perjalan 2 jam berasa 2 menit. Duh perasaan baru merem ko udah sampai sih, . Saat sampai di Jakarta, waktunya masih 04.15. hemm, perbedaan waktu 1 jam yah dari Jakarta dan Makassar. Mari solat subuh dulu. Lantas ke depan untuk mencari damri Harapan Indah yang akan membawaku ke dekat kost an, menunggu jemputan dari teman kost dan akhirnya lanjut kerja lagi.

This is my lil holiday on Makassar, andaikan bisa diputer, masih pengen jalan-jalan disini. Tapi, Alhamdulillah, aku puas dan ini pertama kalinya pergi keluar pulau yang asing sendirian. 

Jakarta, 24 Agustus 2013