Budaya mengklakson, budayanya orang Indonesia???

|


picture from: georgecoghill.com


Setiap dari kita tidak pernah lepas dari yang namanya transportasi dan kita semua merupakan user (pengguna) sarana transportasi baik di darat, air ataupun udara. Baik kita merupakan pedestrian (pejalan kaki), pengguna sepeda, pengguna kendaraan bermotor dan lain sebagainya.
Sebagai pengguna, tentu kita harus mengetahui dan menaati setiap peraturan yang dibuat oleh petinggi dalam menegakkan aturan demi keamanan dan keselamatan dalam bertransportasi. Setiap pengendara kendaraan bermotot wajib memiliki Surat Ijin Mengemudi (SIM) yang dapat diperoleh melalui serangkaian test di pihak kepolisian tempat tinggal kita masing-masing. Selain itu, dalam menggunakan kendaraan bermotor (baik sepeda motor ataupun mobil pribadi) harus diperiksa keamanan dan kelayakan dari kendaraan yang ditumpanginya. Apakah semua fungsi dari komponen yang ada di kendaraan berfungsi dengan baik atau tidak.
Salah satu komponen yang penting dan (terkadang) bikin risih (meurut saya) adalah klakson. Yaa, benda yang satu ini memang sangat vital digunakan untuk berkendara, tapi juga sangat menganggu (sekali lagi menurut saya).  Klakson mempunyai fungsi yang sangat vital dalam berkendara, kalo saya mengistilahkan seperti pengontrol untuk berkendara di jalan. Akan tetapi, sepanjang pengamatan saya, penggunaan klakson sangat berlebihan. Nah lho, maksudnya?
Yapz, dalam menggunakan klakson, menurut saya orang-orang terlalu over (lebay). Bagaimana tidak, banyak dari pengguna klakson tersebut yang tidak memberikan kesempatan bagi orang atau kendaraan yang akan menyeberang malah dengan kencangnya membunyikan klakson mereka. Yaa, mungkin banyak alasan: sudah terlanjur kenceng, malas berenti, rem blong atau apalah. Tapi, setidaknya bisakah kalo membunyikan itu biasa saja, maksudnya ga usah sampai yang harus ditekan kenceng-kenceng mpe orang itu terlonjak kaget dan malah jatuh. Pernah ada kejadian seseorang terjatuh dari motornya karena terlonjak kaget saat diklakson bus dari arah belakangnya. Padahal dia baru saja bias mengendarai motornya dan berniat untuk menuntut ilmu ke perantauan dri tempat asalnya. Astaghfirullohaladzim…. Masihkan kita ingin disebut-sebut dan diagung-agungkan sebagai bangsa yang ramah tamah, sopan santun tidak hanya dalam bertutur kata. Alangkah baiknya kalau itu juga kita junjung dalam keseharian kita saat mengguakan sarana transportasi. Yang sejatinya adalah milk bersama dan setiap orang berhak untuk menggunakannya.
Semoga tulisan singkat ini dapat bermanfaat dan dapat menjadi cerminan bagi siapapun untuk menjadi pengguna jalan yang tertib dan menghargai satu sama lain. ^_^”

0 comments:

Post a Comment