Ternyata, masih rejeki ku…..

|


ಗಮ್ಬರ್:jogetmp3.ಕಂ

*inspired by my boardinghouse friend

Hari ini, merupakan hari yang ditunggu oleh semua mahasiswa terutama di UNS. Yakni: WISUDA. Sebuah prosesi pengukuhan yang sacral dan keramat (ceille, hehe). Belajar selama 4 tahun, dengan menempuh berbagai ujian dan halangan. Mampu menyelesaikan beban berat yang menjadi momok paling menakutkan bagi sebagian mahasiswa, yaitu SKRIPSI.

Tepatnya, tanggal 7 Juni 2011, hari yang kunanti tiba. Hari yang akan menjadi kenangan semasa masih kuliah, hari dimana kita akan dilepas menjadi manusia liar untuk menantang kehidupan yang sebenarnya. Kehidupan kerja. Banyak yang bilang bahwa, masih enakan apabila kuliah, soalnya masih bisa minta uang ke orang tua. Nah, kalau udah lulus, sarjana pula sekarang gelarnya, masa gak mau nyari duit sendiri. Sudah saatnya kita gentian untuk membahagiakan ortu, sanak family dan diri sendiri. Iya gak?

Oke, balik lagi ke prosesi wisuda. Di UNS terdapat 2 kali sesi wisuda. Yakni wisuda universitas dan wisuda fakultas. Sehingga dapat dibayangkan bagaimana repotnya hari ini. Berpakaian bak putri (Jawa, red) alias pakai kebaya, jarit, bertoga, berhighheels, ber- lain-lainnya. Dengan dua kali prosesi wisuda yang melelahkan. Akan tetapi, rasa senang dan bangga tetap menyeruak dari dalam dada. Tatkala, nama dipanggil maju, toga dipindahkan, menerima transkip nilai, vandle, dan berjabat dengan rector maupun dekan. Oh, sungguh sebuah kesempatan yang langka dan lama untuk menempuhnya. Ditambah lagi kehadiran orang-orang special, seperti bapak-ibu, adik-kakak, apalagi yang punya PW (pendamping wisuda). Duh..duh…senangnya. dan aku termasuk kategori ini. Bukan hanya sang PW yang ikut menemani, akan tetapi balon (bakal calon) mertua. Aihhhh, dunia serasa milik berdua (eh, berberapa ya? hehehe).

Selepas acara wisuda usai, lanjut sesi poto-poto. Baik dengan keluarga, rekan-rekan seperjuangan, rekan-rekan dalam organisasi, adik tingkat, dan semuanya. Karena sudah ditelpon oleh atasannya, cowokku buru-buru balik ke luar kota untuk meneruskan pekerjaannya yang ditinggal dengan alasan membeli computer untuk kantor (padahal dating wisuda). Makasih yaa beb..hahaha…. sebelumnya, pulang ke kost dulu untuk mengantarku. Nah, camerku tanpa terduga memberikan sebuah cincin. Ya, cincin 24 karat pula ternyata. Oh, terimakasih ibu. Katanya, ini cincin memang sengaja dibeli dari tanah suci, kembaran untuk semua mantu-mantunya (berarti aku dianggap mantunya, padahal rencana acara lamaranpun masih beberapa bulan lagi, amien).

Setelah semuanya pulang ke rumah masing-masing, aku beberes diri di kamar kost an. Packing barang-barang yang sudah tidak begitu dibutuhkan lagi untuk dibawa pulang. Mengingat jarak rumah yang tidak terlalu jauh dari Solo, aku memutuskan untuk membawa pulang barang-barangku sendiri, bertahap. Aku gak ingin merepotkan orang lain, terutama bapak ibu. Lalu sorenya, aku pergi mencari makan dengan membonceng temen. Niatnya setelah beli makan, mengambil motor yang tadi pagi kutinggal selepas dandan untuk wisuda. Sesampanya di pertigaan belokan meuju kost, aku membenarkan letak tas tenteng yang mobat mabit tertimpa angin sore yang lumayan kenceng. Saat itu pula aku sadar kalau cincin ku jatuh. Aku langsung panic, wajahkupun langsung pucat pasi, air mata langsung meleleh seketika. Tanpa memedulikan nyawaku sendiri, aku berhenti di tengah jalan. Kontan saja kendaraan dibelakangku langsung memencet klakson mereka masing-masing. Aku langsung menepi, memarkir motor, lalu berjalan lagi sambil menangis ke tengah jalan untuk mencari cincin itu. Tidak hanya mataku yang menangis, batinkupun malah menjerit. Ibu, maafkan aku. Belum sampai sehari pemberian ini. Mengapa harus hilang. Saat sudah pasrah dalam pencarian karena tidak menemukan barang yang kucari. Dengan lemas, aku menuju motorku. Dan pandanganku tertuju pada tas plastic hitam berisi makanan titipan anak-anak kost. Sebuah benda mungil berkilau bertengger dengan manisnya di sela-sela lipatan tas plastic. Subhanallah, Alhamdulillah, Allahu Akbar, hanya itu yang dapat terucap berkali-kali dari bibirku. Alloh masih menyanyangiku, masih mempercayaiku untuk memiliki dan menjaga cincin ini, Alloh masih memberikan keagunganNya dan terlebih aku tidak habis piker, bagaimana bisa cincin itu nyelip disana. Seandainya saja tadi aku tidak mau dititipi makanan, mungkin cincin ini sudah hancur dilindas mobil dan motor yang melintas. Terimakasih Ya Alloh. Masih rejekiku dan sebagai peringatan untukku agar tidak ceroboh……^^

*cerita asli dari temen kost, maaph yaa… ga pa pa khan?hehehe. kalau mau protes langsung ke kamar saya sajah…,,hehehe


0 comments:

Post a Comment