Mari bekerja dan berbudaya

|




Mengadakan sebuah acara, tak lepas dari yang namanya survey. Baik survey untuk mendapatkan tempat, survey pembicara, survey tempat makanan yang murah sampai survey untuk sponsor yang mau memberikan fresh money. Hmmmm, bagaimana dengan opsi yang terakhir? Pernah mengalaminya? Saya rasa, perlu dari kita untuk dapat belajar menjalin hubungan yang baik dengan setiap orang. Termasuk tempat yang akan kita datangi untuk menjadi sponsor untuk mendukung acara kita.

Sponsor, berarti dia membantu, memberikan kita sebagian jasanya sebagai upaya untuk menjalin kerjasama. Perjanjian yang dibuat pun bermacam-macam. Saat ini, jarang sekali perusahaan atau instansi yang memberikan fresh money nya. Kebanyakan dari mereka memberikan bantuan berupa spanduk, banner, blocknote atau apapun yang tidak berupa fresh money.

Bagaimana caranya menjalin sebuah hubungan kerjasama? Sebenarnya gampang-gampang susah. Kita tinggal datang ketempatnya lalu menemui pimpinannya atau bagian HRD nya dulu (sesuai dengan aturan yang berlaku di perusahaan atau instansi yang akan kita masuki). Lalu kita bicarakan mengenai maksud dan tujuan kedatangan kita dan memberikan penjelasan mengenai acara yang akan kita adakan. Biasanya juga orang yang akan kita temui dan diajak bekerjasama akan banyak bertanya mengenai teknis acaranya dan kontennya. So, pinter-pinternya kita ajaa ngomong agar menarik perhatian dari si pihak yang akan diajak berbicara.

Saya sering memasukkan sponsor untuk acara di kampus dan banyak pengalaman yang saya dapat. Mulai dari caranya mengahadapi orang lain. Bagaimana bersikap saat dengan mentah-mentah kita ditolak dan rasanya saat kita menandatangani perjanjian yang dibuat dan disepakati. Selalu tebar senyum, biacaralah sebenarnya, mendengarkan apa yang pihak sponsor inginkan terlebih dahulu, bicaralah yang sopan dan jangan terburu-buru dan ucapkan terimakasih saat ditolak apalagi diterima..hehehe… semoga bermanfaat.

Sebenarnya, agak gak nyambung sie tulisan saya yang ini dengan pembahasan di atas. Akan tetapi karena berlanjut dalam satu waktu, so…let’s check..hehe..Tanggal 21 Mei 2011, ditetapkan sebagai hari Budaya Nasional. Di hari ini pula, banyak event yang digelar di Kota Budaya, Solo. Jam 15.00 digelar Kirab budaya yang start dari lapangan Kota Barat sampai Balaikota. Acara yang sangat disambut antusias oleh warga Solo baik penduduk tetap maupun pendatangnya (termasuk saya) ini berlangsung meriah dan seru. Meski menurut saya agak mengecewakan, karena panjangnya kurab lebih ramai dari biasanya. Disini, saya memperhatikan semua warga yang menonton. Tidak ada yang berada tepat di pinggir jalan, saat rombongan kirab terlihat, semuanya langsung bergerak maju dan memenuhi badan jalan hampir separuhnya. Ckckckck, pak, bu, mbak, mas, yang dibelakang nonton apa? Punggung? Pantat? Hahaha…


Yah, budaya tertib dan antri memang sangat sulit digalakkan. Bagaimana kita bisa tertib kalau sudah diatur oleh petugasnya agar tidak maju, belum juga petugasnya hilang jauh dari pandangan, penontonnya sudah merangsek maju dan tak terkontrol lagi. Hmmmm, sungguh ironis. Di Kota yang katanya Kota Budaya ko tertib aja belum dijadikan budaya. Ini hanya contoh kecil saja sie, sebenarnya berbudaya tertib harus digalakkan dimanapun dan kapanpun. Gak mau kan disebut sebagai orang yang mengambil hak orang lain? Nabi saja mengajarkan kita untuk tidak mengambil hak orang lain. Bahkan menuntun kita untuk selalu memenuhi hak orang lain bukan? So, be the nice people in the world… hormati hak asasi orang lain.

0 comments:

Post a Comment