Sejenak
aku terpaku dengan pertanyaan diatas. Sesungguhnya, apa yang aku cari? Iya, apa
yang aku cari? Atau mungkin dari semua pembaca ingin mengutaran apa yang kalian
cari?
Sedikit
ambigu memang pertanyaan ini. Banyak yang bisa kita cari dan akan kita jadikan
alasan untuk sesuatu, bertahan akan keadaan misalnya.
Setiap
dari kita pasti menginginkan sebuah goal atau suatu pencapaian yang diinginkan,
misalnya pencapaian kebahagiaan. Level tertinggi dalam kehidupan seseorang yang
ingin dicari apakah yang lebih berharga dari sebuah kebahagiaan?
Setiap
orang tidak terkecuali saya pasti menginginkan kebahagiaan. Bukan hanya sebatas
kebahagiaan semu yang bisa kita dapatkan sejenak. Tapi kebahagiaan yang
sifatnya kekal dan mengikat. Bukankah begitu?
Lantas
kebahagiaan apa yang sifatnya abadi?
Jika
kita hanya berpikiran sebatas kehidupan dunia, kebahagiaan itu pastilah semu,
kita akan selalu merasa kurang dan kurang dan untuk itu dianjurkannya kita
untuk bersyukur. Agar apa-apa yang kita beroleh itu tidak hanya membuat kita
cukup tapi juga bahagia. Tengoklah jika masih ada mimpi atau cita-cita yang
ingin kau raih, kau pasti berupaya untuk bisa mewujudkannya bukan? Setelah
terwujud, pastilah kau akan bahagia.
Menilik
tentang kebahagaiaan abadi. Kebahagiaan abadi bisa diperoleh di akhirat (bagi
umat moslem tentu tau ini, jika ada dua kehidupan yaitu kehidupan dunia dan
kehidupan akhirat). Kehidupan akhirat adalah sekekal-kekalnya kehidupan bagi
kita. Semua makhluk yang diciptakan oleh Alloh SWT.
Tujuan
kehidupan di dunia adalah untuk mencari bekal yang akan kita bawa ke akherat
nantinya. Lantas bagaimana caranya? Kita hanya focus memikirkan akherat tanpa
ada kemajuan dan kemauan untuk akherat?
Hmmm,
jangan langsung merasa bahwa kita harus benar-benar focus untuk mengejar
akherat lantas melupakan kewajiban yang kita emban di dunia. Caranya bagaimana?
Alloh
sudah mengakomodir semua kebutuhan makhlukNya, bahkan untuk mengenai cara
beribadah kepadanya. Seperti ini, kita bekerja, kalau kita kerja hanya sekedar
tanpa value plus yang ingin ditambah, tentulah kerja kita hanya sebatas
mendapat gaji, pengalaman, pikiran dan tenaga yang terkuras untuk bekerja.
Tapi,
hal itu akan berbeda jika meniatkan “ibadah” dalam kerja kita. Iyaa, kita
niatkan ibadah semata untuk mengharap ridho dari Alloh, agar apa-apa yang kita
kerjakan mendapatkan pahala dariNya. Pernah saya curhat dengan seorang rekan
saat saya bertanya “bagaimana caranya agar bisa istiqomah dalam meniatkan kerja
untuk ibadah? Seperti apa sebenarnya bekerja untuk ibadah itu?”
Secara
bijak beliau mencontohkan “bekerja untuk ibadah itu kita menomorduakan
pekerjaan, seolah-olah kita bekerja itu untuk menunggu waktu beribadah
selanjutnya, bukan kita solat disaat break pekerjaan”. Hmm, sebuah mindset yang
bagus, perubahan mindset yang bisa dimulai dari diri kita sendiri, dimana
menjadikan pekerjaan sebagai selingan untuk menunggu waktu beribadah kepada
Alloh. Subhanalloh. Betapa baiknya Alloh kepada hambaNya.
Sehingga,
menurut praktisnya, niatkan sesuatu untuk beribadah kepada Alloh, bukankah
Alloh sendiri yang berfirman “..dan tidaklah aku ciptakan jin dan manusia
kecuali untuk beribadah kepadaKu”. insyaAlloh, kita tidak hanya mendapatkan
keuntungan secara ragawi tapi juga rohani. Wallohu A’lam.
Jadi,
hanyalah kebahagian hakiki yang seharusnya kita cari, tidak kurang dan tidak
lebih. Apalah artinya kita bahagia didunia dengan banyaknya harta yang melimpah
jika memperolehnya dengan cara yang kurang tepat, dan apalah artinya semua
kebahagian di dunia yang hanya semu dan sementara? Jika nantinya di akhirat
kita tersiksa di neraka?
Jakarta,
3 Desember 2013, Kost-an
0 comments:
Post a Comment