Being single traveler on Makassar, why not? (Part 1)

|


Sabtu, 20 April 2013

     Pagi itu selepas menjelang Subuh, aku sudah siap dengan sebuah tas ransel di punggung dan satu tas selempang kecil. Kukeluarkan motor dan berangkat menuju stasiun gambir dengan diantar oleh teman satu kost, Nurul. Sesampai di gambir, kita bertanya dan mencari letak keberadaan pangkalan bus damri yang akan mengantarkanku di bandara. Mendekati tempat pangkalan, suara adzan subuh berkumandang. Langsung menuju musholla untuk melakukan ibadah solat subuh terlebih dahulu. Selepas solat, aku langsung menuju pangkalan damri. Nurul kembali pulang, karena dia juga ada acara ke nikahan rekan kerja yang ada di Bandung.

    Baru sebentar setelah aku naik, bus damrinya pun berangkat. Menjelajahi jalanan Jakarta di pagi hari yang masih tenang dan sejuk tentunya. Dengan ongkos sebesar Rp. 25.000,- aku bisa sampai di bandara dengan selamat, dan sayangnya aku hampir tidak boleh melakukan check in, mengingat CItilink melakukan penutupan check in 30 menit sebelum keberangkatan. Akan tetapi, melihat gelagatku yang mupeng banget ingin pergi kali yah, mbak2 nya tetap membolehkan aku check in, dan kertas yang aku print itu tidak begitu jelas kode bookingnya, tapi untungnya tetap bisa. Dan lebih senangnya, aku dapat tempat duduk disebalah jendela, 24F, yeay, me likey.

    Liburan ke Makassar ini memang dulu belum terpikirakan akan tetap aku jalani, mengingat di Makassar tidak ada teman dekat atau bahkan saudara, tapi pas ada promo citilink ke semua rute, yang aku beli pada Februari lalu, aku langsung memilih Makassar. Bayangan Makassar seperti apa juga belum tahu, apalagi memikirkan akan berangkat kesana, sendiri. Aku berhasil mendapatkan tiket dari sebuah birojasa travel sebesar Rp. 460.000,- PP. lumayan murah kan? Hehehe.

    Kenapa aku sempat berpikiran untuk tidak jadi berangkat ke Makassar? Awalnya, aku mempunyai kenalan, tepatnya temennya temenku si Umzy yaitu mba Ratri atau yang biasa dipanggil Mbak Binbon, yang tiba-tiba hadir di kepalaku setelah lebih dari seminggu tiket ke Makassar ada di tangan. Entah kenapa tetiba terfikir dan teringat kalau mba binbon kerja di Makassar. Aku langsung kontak umzy untuk meminta kontak mba binbon. Dan hasilnya oke, beliaunya bisa. Tapi, 3 hari sebelum keberangkatan beliau membritahu akalu ada acara gathering dikantornya dari tanggal 19-21 April 2013. Wah, padahal rencananya disana dari tanggal 20-22 April. Sempet akan mengurungkan niat untuk tidak berangkat, tapi setelah ditimbang-timbang, akhirnya aku tetap berangkat. Bismillah.

    Jam 06.40, semua penumpang beranjak maju menuju pesawat, dan ini kali pertama aku menaiki Citilink, :P. pemandangan pagi yang begitu cerah langsung membuatku untuk tak bisa membiarkan kamera diam begitu saja, hehe. I love the sky, I love the beautiful scene of that. And here, some pictures that I took on the airplane, sebelum, sesaat dan setelah bangun dari tidur, :P.


~matahari menyapa dengan terang kan?~


                                                 ~samudera di atas awan (kayak di 5cm aja)


 -I don’t know what the island is?~



~the topography of Makassar city (actually, city near Sultan Hassanuddin Int. Airport) see on my airplane~

     Tepat pukul 10.05 WITA, pesawat mendarat dengan lancer dan halus di Bandar Udara Sultan Hasanuddin. Oiya, saat di pesawat, kursi seberang dari tempat dudukku (kebeutlan, di dertan kursiku, cuman aku aja penumpangnya), ada keluarga kecil gitu, mereka mempunyai baby, dan babynya itu nangis 30 menit sebelum pesawat berhasil landing. Hemm, cup cup dek, kamu hampir sampai kok. Disini ada pelajaran yang bisa diambil. Apa? Kesabaran seorang ibu dalam menghadapi anaknya yang menangis meraung-raung tak terkendali. Dengan penuh cinta si Ibu tetap berusaha menenagkan anaknya, mungkin di satu sisi dia merasa tidak enak dengan penumpang-penumpang lain yang harus “terganggu” dengan tangisan anaknya, tapi disisi lain, dia hanyalah seorang ibu yang harus tetap menjaga anaknya.

Memasuki bangunan Bandara Sultan Hasanuddin, sangat luas, lapang dan rapi. Teratur dan banyak pemandangan yang “waw” ditambah adanya iringan music dari group music asli Makassar mungkin yaa, aku hanya memfoto sekilas:

Lanjut perjalanan, si perut sudah bernyanyi-nyanyi meminta hak nya untuk diisi sesegera mungkin. Bingung mau makan apa, padahal banyak pilihan. Dan yang beruntung aku pilih adalah.. tarraaaa…. CFC, -__-“


    Setelah puas terisi, aku lantas keluar bandara untuk menuju destinasi utamaku di Makassar, apalagi kalau bukan Taman Nasional Bantimurung. Fyi, bandara ini, jalan masuknya sangat jauh, sehingga apabila dari bandara ingin keluar juga jauh, tapi jangan khawatir, kalau ingin cepat bisa naik taksi, ojeg atau ada alternative murah berupa ngkutan damri gratis hingga ke depan bandara, akan tetapi untuk angkutan gratis tergolong lama, karena harus menunggu sampai penuh baru berangkat. So, mau pilih apa? Terserah anda.

    Oke, back to how to go to Bantimurung. Sebelum ke Makassar, sehari seblum aku sudah searching dan membaca-baca blog-blog yang menceritakan tentang caranya pergi ke Bantimurung. Karena aku ingin berhemat dan teantunya liburan ala backpack, aku memilih sara gtransportasi yang murah saja, yaitu pete –pete (angkot). Sebelum naik angkot harus keluar dari bandara dulu, aku memilih naik ojek, dengan ongkos Rp. 20.000,-. Selain dengan pete-pete, bisa dengan mobil sewaan atau taksi ya, terserah ingin kesananya bagaimana.

     Dari ojeg, saya diantar ke jalan Poros. Disini saya naik pete-pete yang tujuannya ke pasar sentral Maros. Sesampainya di pasar sentral, saya turun dan mencari lagi angkot yang jurusan ke Bantimurung. Alhamdulillah langsung dapet juga dan langsung berangkat juga. Jangan sungkan untuk bertanya, angkot jurusan dimana, karena ngkotnya tidak ada tulisan jurusan kemana, sehingga daripada nyasar, alangkah baiknya nanya-nanya dulu ya. Di angkot yang kedua, saya mengobrol edngan penduduk Bantimurung. Mereka kaget tahu saya datang sendiri, dan akan ke Bantimurung pula. 
“adek masih sekolah, ditugaskan kah disini? Jauh kali e sampe Bantimurung”

    Hahaha, I love that logat, and i miss them, all people on pete-pete . Disangkanya aku masih sekolah, makasih loh buk, hehehe.

    Mendekati TN, sudah ada plang pintu masuk bergambar kupu-kupu yang guuuueeeede dan ada patung, entah monyet atau apa yaa itu, tak kalah guueeeedenya. Angkot masuk sampai mendekati para penjual souvenir. Aku turun. Amazing, dengan Rp 30.000,- aku sudah sampai di Bantimurung. Lantas beli tiket masuk sebesar Rp 15.000,-. Sebelumnya di angkot sempat dikasih cerita, kalau Bantimurung sebenarnya tidak boleh diknujungi karena ada korban jiwa akibat dipatok ular. Hmmm, hampir aku balik, tapi sudah nanggung nyampai sini, lanjut dah, mari buktikan dan cari keterangan disana. :D.


(lagi-lagi) ditanya “sendirian mbak?” kali ini oleh penjaga pintu gerbang masuk. Dan memang, rata-rata yang datang kesana, minimal membawa pasangan mereka, paling banyak meang rombongan keluarga atau komunitas gitu. Hemmm, pada heran kali yaa ada bocah nyasar sendirian di Bantimurung. Never mind, gak usah dipeduliin, yang penting jalang-jalang (kalau kata orang sini).

Memasuki Bantimurung, suara meriah dan khas hutan mulai terdengar, yang paling gedhe adalah suara air terjun yang ternyata airnya sedang deras sekali arusnya, walhasil aku tidak bisa bermain-main disana, oke rencana buat mandi di bawah air terjun gagal, tapi tidak apa-apa, setidaknya aku bisa melanjutkan perjalan lagi. 


    Menaiki tangga, ada penunjuk arah menuju danau.. dan goa Batu. Di pinggiran danau itu, apabila sedang musim kemarau, kupu-kupunya banyak, sayangnya aku kesini bukan saat kemarau, jadi hanya ada satu dua kupu-kupu yang terbang.

    Subhanalloh, melihat pemandangan yang masih asri dan segar seperti ini, membuatku betah berlama-berlama untuk mengabadikan gambar dan melanjutkan perjalanan. 

    Setelah meleawati danau, melewati tanjakan dan turunan, ada tanjakan lagi, dan ternyata untuk masuk ke Goa. Ada mas-mas yang mengikutiku dan pasangan di depanku, tapi pasangan didepanku tidak ingin melanjutkan masuk goa. dan mungkin memang seperti ini yah kalau kesini? :P



    Aku tentu saja mau, meski awalnya sempat takut jika harus sendirian, tapi dipikir-pikir rugi sekali sudah sampai disni tidak dil;anjut dengan caving sekalian. Okeh, saya tidak punya sandal gunung, dan dipinjami oleh masnya akhirnya. Oke, untuk caving ini, cukup menyewa senter sebesar Rp 10.000,- dan ongkos sukarela untuk guide nya, baik banget yak, jadi terharu aku.

  Dia dengan senang hati menerangkan detail dan sejarah dari goa ini, jadi goa ini merupakan beberapa bagian dari tempat bertapa raja, persembunyian, ada tempat solat dan wudhu nya raja juga. Subhanalloh. pengen tahu? masuk saja dan nikmati sendiri yah pemandangan di dalemnya, biar seru, kalau aku share semua fotonya nanti enggak jadi kejutan dong, :).



~ Go ahaed to finished my 1st caving, ~

    Setalah puas berjalan-jalan melihat goa dan puas mengobrol dengan masnya tentang Bantimurung dan isu yang sempat menerpa, yang ternyata memang hanya sebuah isu, mas nya pamitan hanya bisa mengantar sampai di dekat danau. Dan aku kembali sendiri menikmati Bantimurung.

   Aku melanjutkan untuk memasuki museum dan penangkaran kupu-kupu. Disini, ada sebuah keluarga yang menyewa satu guide, insting backpack bekerja, mari ikutan nimbrung, biar irit ongkos guide yang menerangkan, hehehe. Dan ini  foto yang ada di museum dan penangkaran kupu-kupu.






    Then, the journey on Bantimurung had been done. Apa yang aku baca dari sebuah buku di perpustakaan sewaktu di SD itu, dan kini aku berhasil menginjakkan kaki disini. Di tempat surganya kupu-kupu (The Kingdon of Butterflies, julukan para Belanda), meski tidak bisa melihat secara lagsung kupu-kupu beterbangan secara bebas dan banyak disini. Memang benar, bila sedang musim kemarau, air terjun dan sumber-sumber air lain yang lain yang ada disini akan berwarna biru muda, dan apabila hujan turun, akan membentuk seperti salju yang turun. Dan apabila musim setelah hujan (sebelum kemarau) biasanya airnya berwarna hijau. Subhanalloh, dan nikmatNya manakah yang akan kau ingkari? Terimakasih buku di SD ku yang sudah member gambaran, jauh sebelum akhirnya aku bisa kesini. Kenangan masa lalu itu hadir kembali di edaran kepala, .


   Setelah puas dengan TN Bantimurung, aku langsung berjalan ke depan, ke tempat angkot yang akan membawaku ke kota Makassar, yaa aku meilih berjalan, ingin lebih meniikmati perjalanan disini. Sebenarnya, selain TN Bantimurung, ada objek wisata lain, yaitu Leang-Leang, katanya semacam gunung kapur gitu, tapi aku tidak mampir. Mungkin ada dari teman-teman yang ingin kesana? Share cerita yaa.

    Masih dengan pete-pete, aku duduk di depan, dan ternyata pete-pete nya menuju arah Dayak. Sebenernya untuk ke kota Makassar bisa dengan pete-pete yang arah Dayak ini, nanti turun di perbatasan, lanjut dengan pete-pete lainnya. Karena macet, sebelum perbatasan aku meminta turun kepada abang pete-pete yang baik hati, aku melanjutkan perjalanan dengan menggunakan taksi. hahaha. 

   Daerah yang aku tuju yaitu kost mba binbon di pettarani. Dan ternyata, taksi disini naiknya kenceng bok, ngebut banget, -__-“. Alhamdulillah sampai dikost dengan selamat. Tapi ternyata, teman mba binbon, yaitu mba nonot yang dititipin kunci sedang nonton di MP (Mall Panakkukang). Akhirnya aku nyusul kesana dengan menggunakan bentor. Yaa, mari mencicipi mall yang ada di Makassar, hehehe.

    Akhirnya ketemu dengan mba nonot dan mas gun suaminya. Diajakin makan dulu di mie titi. Mie khas Makassar loh, yang mie nya kering dan disiram dengan kuah kental dengan berbagai macam isi, ada sayuran, daing ayam, baso dan udang. Nice, I’m full.


Lantas, lanjut ke kost, istirahat. 

    Alhamdulillah, jam 11 malem, mba ratri pulang, gatehringnya dipercepat. Sehingga hari kedua di Makassar, aku ada temannya maen. Yeay.

Oke, untuk hari ini aku cukupkan dulu ya. Hari keduanya, next post. 


Happy travelling all.



FYI, not allowed to copy the content of this blog and photos without permittion. Thx.


Jakarta, 22 April 2013. 19.00 -20.15 PM


3 comments:

Unknown said...

waahhhh,...jadi kangen Makassar aq,..
dlu pas ke Batimurung pas kemarau jdi bisa mandi,lihat air yg biru (airnya kyak gak gerak gtu), kupu2,..yeaaahh,..
malemnya nongkrong di cafe losari itu,..
heeemmmm....
dengan logat yang khas,.. ''iyaa,..dhii,..''.. ee..ndaak jhii,..'' oke pale,..''

indusrialbagpacker said...

Kendel eram kwe nop

Novita Rosyida Hilmi's said...

@adam: yeahhh, ngangenin banget yaa makassar, pas banget kamu kesana pas enggak habis ujan, jd bisa mandi, hohohoo. hmmm, next post deh, di gowa dan losari sekitarnya, :D.

@industrialbagpacker: ahihihihiii...ayoo2, anak industri bagpack an. not bad for single traveler, asal jangan kagok2 banget biar gak keliatan dari luar kota, hehehehe

Post a Comment